Jakarta, Beritakota Online-Dalam dunia usaha ada istilah menaruh telur di beberapa keranjang. Atau memasang taruhan di 2 atau 3 tempat yang berbeda. Hal ini lumrah karena ada perhitungan matematika dibaliknya. Pengusaha harus menjamin agar modal mereka bisa kembali, tidak boleh rugi.
Hal seperti itu, diadopsi dalam politik dengan istilah “politik dua kaki”. Satu kaki di sini, satu kaki di sana. Dan kapan, siapa, bagaimana dan di mana-nya, akan kita temukan dengan Kasat mata. Dan praktik ini dianggap lumrah dan biasa.
Tidak bagi saya.
Praktik yang dilakukan dunia usaha itu memegang prinsip “jangan sampai rugi, apalagi rugi besar”. Tapi dalam politik itu tidak boleh dipakai. Karena ada pertaruhan ideologi dan keyakinan serta idealnya seperti apa.
Saya tidak setuju. Dan saya menganggap itu, bila dilakukan oleh seorang politisi adalah sikap yang harus dilawan dan ditentang serta bisa jadi, melahirkan sifat permisif bagi orang banyak.. dalam hal ini pemilih dan rakyat.
Politik dua kaki yang dilakukan politisi adalah bukan hanya kemunafikan tapi juga kejahatan yang berdampak bagi dekadensi moral rakyat. Pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT itu berat. Apapun alasannya.
Kalau ada politisi yang Anda temukan seperti itu biasanya adalah pengusaha, dan ini buruk. Kalau bukan pengusaha, dia adalah calon politisi yang sulit dipercaya kelak. Apapun rekam jejak yang ia miliki dan kapasitasnya.
Dalam politik tidak hanya pengusaha dan politisi yg turut andil dalam memainkan peran seperti yang disebutkan diatas, terdapat pula orang-orang yang ada di dunia pemerintahan, manakala ada kepentingan terkait promosi jabatan mereka pun melakukan praktek politik dua kaki, dan hal itu sangatlah berbahaya bagi keberlangsungan demokrasi dimana terjadi inkonsistensi terhadap apa yang menjadi tujuan dalam tata kelola pemerintahan yang tidak dibolehkan untuk terlibat dalam dunia politik praktis.
Yang menjadi tujuan kita adalah sejauh mana komitmen kita semua terhadap politik yang bersih, politik yang berintegritas tentu yang harus diprioritaskan adalah target kesejahteraan rakyat terlepas daripada politik yang berorientasi pada kekuasaan.
Meski demikian adanya, prinsip yang harus terbangun adalah konsisten dengan tujuan, tidak terpola dengan para begundal politik yang dikenal senang memainkan peran dengan cara-cara yang tidak lazim, mereka ini selalu muncul disetiap momentum politik, Pemilu, Pemilukada, dan Pilpres, dan tujuan mereka beragam salah satunya mengambil keuntungan dari proses politik yang terjadi.
Editor : Andi Eka/Andi A Effendy